Jumat, 27 Februari 2009

nasib negeriku

Entah bagaimana menggambarkan nasib rakyat pada saat ini. Rakyat di zaman ini menghayalkan seorang pemimpin layaknya Abu Bakar ash-Shiddiq, ironisnya “si rakyat” tidak bisa berperilaku sebagaimana perilaku rakyat di zaman khalifah Abu Bakar. Tengoklah siapa rakyat Abu Bakar ash-Shiddiq di kala itu, mereka adalah orang-orang yang dimuliakan Allah dengan surga-Nya, semisal Umar bin Khattab, ‘Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan sahabat-sahabat mulia lainnya. Lalu tengoklah bagaimana keadaan rakyat di zaman ini, di antara mereka adalah para pelaku kesyirikan dan bid’ah, para pezina, lintah darat, pemeras, pembunuh dan peminum kelas berat, sementara para ulama dan orang-orang yang dikatakan agamis sungguh sedikit jumlahnya (itupun jika orang-orang agamis tersebut tidak ikut-ikutan menjual ummatnya untuk kepentingan duniawi).
Krisis keyakinan akan janji-janji Allah merupakan batu sandungan terbesar bagi bangsa ini. Bangsa ini mengarahkan segenap perhatian dan pandangan mata kepada janji-janji barat (kuffar), rayuan gombal orang-orang yang haus kekuasaan, akan tetapi terhadap janji Allah dalam banyak ayat-Nya mereka tidak menyisakan sekalipun hanya sebelah pandangan mata. Padahal hanya dengan mengikuti petunjuk Allah, suatu bangsa akan menggapai kemakmuran, keamanan dan kejayaannya.
lihatlah gelagat anak-anak bangsa ini, mereka berlari kepada selain Allah, mengharap dan beribadah kepada selain Allah. Inilah yang harus direformasi terlebih dahulu. Karena nasib bangsa ini bagaimanapun spektakuler sistem yang berlaku, tetap di bawah kehendak dan ketentuan Allah.
Solusi dari itu semua adalah menyerukan kembali apa yang pernah diserukan oleh Rasulullah r dan para sahabatnya. Imam Malik pernah berkata : “Tidak akan baik keadaan suatu kaum kecuali dengan apa yang telah membuat baik keadaan para sahabat dahulu”. Dengan kata lain kita harus mereformasi setiap bentuk penyelewengan ibadah dan segera menyesuaikan prinsip beragama agar sejalan dengan apa yang dipegang oleh Rasulullah dan para sahabatnya.
Rasulullah r pernah bersabda : “sesungguhnya akan terjadi fitnah (kehidupan yang carut marut, kekufuran dan huru-hara). Maka para sahabat berkata : ‘lalu bagaimana dengan kami wahai Rasulullah ?, bagaimana yang harus kami lakukan ? Beliau bersabda : “kamu kembali kepada perkara (agama) kamu yang pertama (yakni metode beragama para sahabat yang murni, sebelum terjadinya fitnah)” [Ash-Shahihah no. 11, Imam al-Albani]
Setelah membawakan firman Allah di atas (QS. Al-Anfal :53), Syaikh Ali Hasan al-Halabi berkata : “Pertama kali para salafush shalih pendahulu kita, (benar-benar) berpegang teguh pada nikmat-nikmat Allah yang dianugerahkan kepada mereka. Dan sebesar-besar nikmat Allah adalah aqidah yang benar dan akhlak yang mulia.” Selanjutnya beliau berkata : “Sehingga dengan demikian mereka berhak mendapat pertolongan dari Allah, diteguhkan-Nya kedudukan mereka di muka bumi dan akhirnya seluruh ummat serta bangsa-bangsa tunduk kepada mereka. [Tashfiyah dan Tarbiyah hal. 184-185].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar